Berebut Bibit Naga Kuning


Para penangkar kewalahan melayani permintaan bibit buah naga kuning dan jingga.
Pekebun di Semboro, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Asroful Uswatun, kewalahan melayani permintaan bibit buah naga kuning dan jingga sejak setahun terakhir. Pada tahun lalu Asroful hanya mampu menjual 5.000 bibit per bulan. Kini ia kelimpungan memenuhi total permintaan 50.000 bibit setiap bulan.

“Saya hanya sanggup menyediakan 15.000 bibit terdiri atas 9.000 batang buah naga kuning dan 6.000 batang buah naga jingga,”

katanya. Ibu tiga anak itu memasok bibit ke berbagai daerah seperti Bandung, Bogor, Medan, Batam, Pontianak, Makassar, dan Jayapura. Ia membanderol bibit buah naga kuning setinggi 30 cm Rp20.000, sedangkan buah naga jingga Rp30.000 per batang.

Eksklusif

Saking terbatasnya pasokan, beberapa konsumen bahkan rela membeli bibit yang belum bertunas. “Padahal, bibit hasil sambungan yang belum mengeluarkan tunas berisiko gagal tumbuh,” kata Asroful.
Wanita berusia 45 tahun itu memproduksi bibit buah naga kuning dan jingga dengan teknik sambung memanfaatkan buah naga merah sebagai batang bawah. Ia menempuh cara itu sebab batang Selenicereus megalanthus itu kecil dan rentan terserang penyakit. Kemunculan tunas sebulan pascasambung merupakan tanda proses penyambungan berhasil dan bibit siap tanam.
Asroful menuturkan konsumen tertarik mengebunkan buah naga kuning dan jingga lantaran permintaan buah tinggi. “Keduanya merupakan buah eksklusif dengan penampilan yang menarik,” ukarnya. Harga sekilogram naga kuning di tingkat pekebun hingga Rp200.000. Bandingkan dengan buah naga merah hanya Rp20.000 per kilogram.
Sementara itu bibit buah naga jingga menjadi incaran sebab keberadaannya masih langka di pasaran. Maklum, buah naga jenis itu tergolong anyar. Asroful mengenal buah naga jingga dari rekan sesama penangkar. Dari penangkar itu, ia memperoleh 200 bibit lantas ditanam di kebunnya. Tanaman-tanaman itulah yang memasok kebutuhan bibit para calon pekebun.
Menurut Asroful penampilan buah yang seronok dengan kulit berwarna jingga, daging buah merah, bercitarasa manis, dan menguarkan aroma leci menarik minat calon pekebun. Apalagi, buah naga jingga dapat dipanen saat berumur 2,5 bulan pascabunga.


berkualitas

Daniel Kristanto, pekebun buah naga kuning di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, juga kebanjiran pesanan bibit. Permintaan datang dari pekebun di berbagai kota seperti Makassar, Lampung, Batam, dan Palangkaraya. Pada Mei 2014, Daniel mengirim hingga 30.000 bibit buah naga kuning. Jumlah itu meningkat pada Juni dan Juli yakni sebanyak 60.000 bibit.
Sayang, sejak Agustus kemarau panjang menghadang. Pekebun urung menanam sebab ketersediaan air berkurang. “Mereka menunggu hujan tiba,” katanya. Akibatnya, bibit yang terjual hanya 8.000 batang per bulan. Daniel menjual bibit setinggi 60 cm itu dengan harga Rp25.000 per batang.
Daniel memasok bibit buah naga kuning dari kebunnya sendiri. Total jenderal ia mengebunkan 30.000 batang. Ia menyeleksi pohon yang layak untuk diperbanyak agar bibit yang diperoleh berkualitas. Dari seluruh populasi, hanya 20.000 tanaman yang digunakan sebagai indukan. Ia menetapkan syarat tanaman sebagai indukan, berumur 3—4 tahun dan berproduksi tinggi.
Daniel menggunakan cara setek batang untuk memproduksi bibit. Biasanya, ia memperoleh 4—5 batang setek dalam satu tanaman. Ia lantas merawatnya hingga berakar dan bertunas selama 3 pekan hingga bibit siap jual. Menurut pengalaman Daniel, bibit hasil setek dari tanaman ideal lebih terjamin. “Kualitas tanaman nyaris sama dengan induknya mulai dari produksi hingga rasa buah,” ujarnya.

Andi Sulistya Nugraha, penjual bibit buah naga kuning di Blora, Jawa Tengah, juga kewalahan memenuhi permintaan dari berbagai daerah di Kalimantan, Sumatera, bahkan Papua. Setiap bulan, ayah 1 anak itu sanggup menjual 2.000 bibit buah naga kuning. “Itu baru setengah dari total kebutuhan pasar,” ujar Andi.
Padahal, permintaan bibit buah naga 3 tahun lalu hanya ratusan batang. Menurut Andi faktor utama penyebab meningkatnya permintaan adalah semakin banyak orang yang mengetahui keunggulan buah naga kuning dibanding merah atau putih. “Apalagi harga buah naga kuning terpaut sangat jauh dibanding buah naga merah atau putih,” katanya.
Andi melayani permintaan bibit hasil setek dan sambung. Ia membanderol Rp25.000 per batang untuk bibit hasil setek setinggi 25—40 cm. Sementara bibit hasil sambungan setinggi 20—30 cm dijual seharga Rp20.000 per batang. Menurut Dr Tommy Perdana SP MM, pakar agribisnis dari Universitas Padjadjaran, antusiasme calon pekebun pada buah naga kuning dan jingga dipicu oleh unsur kebaruan yang didukung dengan beragam keunggulan. “Apalagi kedua buah itu masuk kategori premium sehingga menjadi daya tarik bagi pekebun,” ujarnya (Andari Titisari/Peliput: Bondan Setyawan)