Sering orang mencampur-adukkan antara metodologi dan metode, padahal keduanya mempunyai arti dan penempatan yang jauh berbeda. Tentang perbedaan keduanya, [1]
Noeng Muhadjir menyebutkan bahwa metodologi penelitian membahas konsep teoritik berbagai metode, baik kelebihan dan kekurangannya dalam kajian ilmiah, yang kemudian dilanjutkan dengan pemilihan metode yang terbaik untuk digunakan. Sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitiannya.
Selain itu dengan redaksi yang lebih ringkas, kita bisa mendefenisikan metodologi sebagai pengetahuan tentang metode-metode yang dipergunakan dalam penelitian. Sedangkan metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudian ada satu istilah lain yang erat kaitannya dengan dua istilah ini, yakni tekhnik yaitu cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang ditemukan dalam melaksanakan prosedur.[2]
Sedangkan paradigma menurut etimologi berarti contoh, tasrif dan teladan, sedangkan istilah paradigma dalam penilitan ilmiah bisa diartikan dengan pedoman yang dipakai untuk menunjukkan gugusan sistem pemikiran, bentuk kasus, dan pola pemecahannya.[3] Sedangkan suatu sumber lain menyebutkan bahwa paradigma adalah model dalam teori ilmu pengetahuan dan kerangka berpikir.[4]
Sedangkan pendekatan adalah cara pandang, orang juga sering menyamakannya dengan paradigma, yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan untuk memahami agama.[5]
Sebagai ilustrasi kita bisa mengedepankan kasus seorang yang ingin memetik buah di sebuah pohon. Dari jauh ia telah mengamati pohon dan buah tersebut. Jalan menuju ke pohon ini ada empat jalur. Maka metodologi adalah segala usahanya dalam memikirkan dan menimbang jalan manakah yang tercepat yang akan ia ambil untuk mendekati pohon tersebut, dengan cara apakah ia akan menaiki pohon tersebut, apakah pakai tangga, atau dipanjat, hingga cara mendapatkan buah tersebut, inilah metodologi. Sedangkan pendekatan adalah empat jalur jalan yang menuju pohon tersebut, terserah yang mana yang lebih menarik baginya. Sedangkan metode adalah cara yang ia gunakan untuk mendapatkan buah tersebut, baik dengan menggunakan tangga, memanjat, atau pakai galah dan lain sebagainya. Sedangkan tekhnik adalah cara yang lebih spesifik dari metode.
Menurut Abuddin Nata bahwa ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan dalam kajian-kajian ke-Islaman:[6]
1. Pedekatan Teologis: pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol kegamaan yang masing-masing mengklaim dirinya sebagai yang paling benar.
2. Pendekatan Antropologis: suatu upaya dalam memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
3. Pendekatan Sosiologis: yakni dengan melihat kepada keadaan masyarakat lengkap dengan strukturnya, lapisan serta berbagai gejala sosial yang saling berkaitan.
4. Pendekatan Filosofis: upaya untuk mencari inti, hakekat dan hikmah dalam memahami sesuatu di balik formanya.
5. Pendekatan Historis: yaitu mempelajari Islam melalui kajian peristiwa masa lalu dengan melacak kapan peristiwa tersebut terjadi, dimana, prosesnya, partisipannya. Dengan menggunakan pendekatan sejarah, maka seorang akan diajak untuk melihat realita yang terjadi dalam masyarakat, baik itu sejalan dengan ide-ide agama ataupun yang senjang dari ide-ide agama tersebut. Pendekatan sejarah tidak hanya meneliti peristiwa sukses, tapi juga peristiwa kegagalan.
6. Pendekatan Kebudayaan: yaitu penelitian yang dilakukan terhadap pengamalan agama yang terdapat dalam masyarakat yang diproses oleh penganutnya dari sumber-sumber agama.
7. Pendekatan Psikologis: dimana dengan pendekatan ini akan diketahui tingkat keagamaan seseorang, pengamalannya, bahkan dapat digunakan untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan umur dan bakatnya.
8. Selain itu dalam kajian pendekatan dalam pengkajian Islam juga dikenal beberapa pendekatan lain seperti pendekatan fenomenologis, komparatif, studi wilayah dan pendekatan post-modernisme.
[1] Noeng Muhadjir, Metodologi Penilitian Kualitatif (Yogyakarta : Rake Sarasin, 2002), hal. 3.
[2] Jujun S. Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), hal. 328.
[3] Partanto dan al-Barry, Kamus, hal. 566.
[4] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), hal. 828.
[5] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 28.
[6] Ibid, hal. 31-51.