Pengembangan
kepemilikan terkait dengan suatu mekanisme atau cara yang akan digunakan untuk
menghasilkan pertambahan kepemilikan harta. Misalnya apakah dengan cara
diinvestasikan dalam sebuah perusahaan, untuk modal perdagangan, atau malah
dilarikan untuk perjudian.[1]
1. Pengembangan
kepemilikan dalam islam
Pengembangan
kepemilikan tidak dapat dilepaskan dari hokum-hukum yang terkait dengan masalah
pertanian, perdagangan, dan industry serta jasa. Syariah islam menjelaskan
hokum-hukum seputar perdagangan seperti jual-beli, persyarikatan dan
sebagainya; serta telah menjelaskan hokum seputar industry dan jasa atau ijarah
al-ajir. Pengembangan kepemilikan dalam islam pada dasarnya diberikan kebebasan
untuk mengembangkannya selama tidak terkait dengan larangan.
2. Pengembangan
kepemilikan yang dilarang
Dalam system
ekonomi islam, masalah pengembangan kepemilikan terikat dengan hokum-hukum
tertentu yang tidak boleh dilanggar. Syariah islam melarang pengembangan harta
dalam hal :[2]
a.
Perjudian
b.
Riba
c.
Al-Ghabn al-Fahisy /trik keji
d.
Tadlis/penipuan
e.
Penimbunan
f.
Mematok harga
[1] Monzer
Khaf, Ekonomi Islam : Telaah Analitik
terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, Penerjemah Machnun Husein,
Yokyakarta: Modern Englis, 1991, 43.
[2] Rafiq yunus al-misri,Uusul al-iqtisad al-islami,
Damaskus-Bairut: Dara l-qalam al-dar al-shamiyyah, 1999, h 55.